Game Experience
Kemenangan Tanpa Suara

Saya dulu mengira menang berarti nama di layar. Setiap putaran, bonus, animasi ‘lucky pig’ terasa seperti janji—sampai saya menyadari itu bukan milikku. Tumbuh di West Side Chicago, ibu bercerita tentang roh yang bersembunyi di balik salju, nada yang tak tersanyi—ayahku bermain game retro larut malam dengan headphone, mendengarkan makna. Ia tak peduli pada peluang atau pengali. Ia peduli pada keheningan.
Di MIT Media Lab, saya belajar bagaimana algoritma memberi nilai pada pemain yang tak bersuara. Data berkata: ‘tingkat kemenangan’, tapi hatiku berbisik: ‘Pemain paling kesepian bukanlah rusak—they are deeply seen.’ Jadi saya berhenti mengejar jackpot. Saya mulai merancang game di mana hadiah bukan uang—tapi pengakuan.
Saya bangun sebuah tempat perlindungan—not untuk klik atau saham—but untuk mereka yang duduk sendir setelah tengah malam dan tetap percaya pada ajaib. Game saya bukan soal keberuntungan—tapi kehadiran.




